Hubungan antara Profil Wisatawan dengan Tourist’s Willingness to pay
Dalam menilai daya tarik wisata, terdapat beberapa pendekatan untuk mengetahui seberapa besar sebuah daya tarik wisata potensial untuk dikembangkan lebih jauh. Salah satu pendekatan yang digunakan adalah melalui tourist willingness to pay (WTP). Dalam menilai daya tarik wisata melalui pendekatan consumer-based assesment (tourist willingness to pay) sangat didasari latar belakang budaya perilaku wisatawan. Sebagai contoh, Resinger dalam buku International Tourism Culture and Behavior menggambarkan atau mencontohkan bagaimana wisatawan dari belahan Asia lebih mengutamakan bagaimana sebuah penyedia jasa memberikan (deliver) pelayanan, sementara wisatawan dari belahan Eropa menitikberatkan pada apa yang sebenarnya diterima konsumen dari sebuah pelayanan. Selain itu faktor demografi wisatawan juga mempengaruhi pola wistawan dalam membelanjakan uangnya.
Dalam menilai WTP wisatawan, metode yang paling umum digunakan adalah contingent valuation method (CVM). Metode ini lebih sering digunakan oleh karena karakteristik sumber daya pariwisata lebih banyak bersifat non-market dan data yang diperoleh melalui pendekatan ini lebih akuntabel karena diperoleh langsung dari wisatawan, meskipun demikian terdapat beberapa metode lain dalam WTP seperti direct valuation method, travel cost method, dan travel saving estimation. Apa saja dan bagaimana faktor-faktor yang mempengaruhi tourist’s willingness to pay. Hudson (2008:41) menjelaskan bahwa terdapat 7 faktor yang mempengaruhi wisatawan dalam membelanjakan uangnya:
1. Budaya
2. Motivasi,
3. Usia dan Jender
4. Kelas Sosial
5. Gaya hidup
6. Life-cycle
7. Group preference
Kebudayaan dan norma yang berlaku secara nasional di suatu negara juga sangat mempengaruhi seorang wisatawan dalam mencari informasi tentang produk wisata. Wisatawan asal Jepang sebagai contoh menggali informasi melalui agen-agen perjalanan (Reisinger, 2009).
Willingness to pay merupakan harga aktual yang dibayar oleh konsumen terhadap sebuah produk, termasuk biaya ekstra yang rela dibayar oleh konsumen jika dibutuhkan (Smith, 2005:252). Konsep WTP secara umum menunjuk kepada nilai ekonomi dari sebuah produk terhadap seseorang dalam situasi/kondisi tertentu (Guntilake, Yang, Pattanayak and Choe, 2007). Nilai dari WTP seseorang memberikan informasi yang dibutuhkan dalam menilai keberlangsungan ekonomi (economic viability) dari sebuah produk/proyek, menyusun tarif, menilai keberlanjutan finansial, serta nilai sosial. Kembali pada konsep kepariwisataan, seorang wisatawan demi memenuhi kebutuhannya akan mengeluarkan sejumlah biaya untuk melakukan perjalanan wisata dalam memenuhi kebutuhannya tersebut. Tentunya dengan mengeluarkan sejumlah uang wisatawan terpuaskan dengan produk yang dikonsumsinya. Dengan kata lain harga yang dibayar merepresentasikan nilai dari uang yang dibayar (good value for money) dan sesuai dengan kualitas yang diharapkan oleh wisatawan (Hudson, 2008).
Dalam kepariwistaan produk yang ditawarkan lebih banyak bersifat intangible, kepuasan konsumen juga menjadi isu penting dalam mengukur WTP wisatawan. Hal ini menjadi penting mengingat wisatawan yang puas akan produk dan jasa tertentu mempunyai kecenderungan untuk mengulangi pengalamannya tersebut. Dari sinilah dikenal istilah repeater tourist. Kepuasan konsumen ini diperoleh ketika produk yang dikonsumsi wisatawan memenuhi ekspetasi wisatawan sesuai dengan karakteristik dan perilaku masing-masing wisatawan.
Dari gambaran tersebut di atas dapat dilihat sebuah hubungan yang sangat erat antara profil wisatawan dengan WTP terhadap sebuah manfaat yang hendak dinikmati oleh wisatawan dengan mengeluarkan sejumlah uang terhadap sebuah produk wisata. Kebutuhan wisatawan pada level tertentu tentunya mempunyai nilai manfaat yang berbeda pula untuk masing-masing wisatawan.
Terdapat perbedaan yang sangat signifikan di antara wisatawan dengan latar belakang yang berbeda. Mulai dari faktor geografis batas negara hingga faktor yang sangat subyektif yaitu selera seorang wisatawan terhadap sebuah produk wisata. Pengembang dan pengelola daya tarik wisata tentunya dapat menjadikan profil wisatawan dalam merumuskan WTP wisatawan guna menilai (manfaat) daya tarik wisata.
Referensi:
Guntilake, H, Yang, J, Pattanayak, S. and Choe, K.A. Good Practices for Estimating Reliable Willingness-to-Pay Values in the Water Supply and Sanitation Sector (Manila: Asian Development Bank, 2007) 1
Hudson, Simon. Tourism and Hospitality Marketing: A Global Perspective (London:Sage Publication, 2008) 182
Reisinger,Y. International Tourism: Cultures and Behaviour (Massachussets: Elsevier Butterworth-Heinemann, 2009) 289, 339