tempat pemancingan
Geografis Desa Wisata Janti
Luas wilayah kabupaten Klaten mencapai 665,56 km2. Di sebelah timur berbatasan dengan kabupaten Sukoharjo. Di sebelah selatan berbatasan dengan kabupaten Gunungkidul (Daerah Istimewa Yogyakarta). Di sebelah barat berbatasan dengan kabupaten Sleman (Daerah Istimewa Yogyakarta) dan di sebelah utara berbatasan dengan kabupaten Boyolali. Sebagian besar wilayah kabupaten ini adalah dataran rendah dan tanah bergelombang. Bagian barat laut merupakan pegunungan, bagian dari sistem Gunung Merapi. Ibukota kabupaten ini berada di jalur utama Solo-Yogyakarta.
Kecamatan Polanharjo memang daerah yang diberkahi banyak mata air (Umbul). Lebih dari 10 mata air ada dan tersebar diwilayah utara kecamatan ini. Desa wisata Janti terletak di Kecamatan Polanharjo dan merupakan salah satu Desa Wisata di Kota Klaten. Desa wisata ini berjarak cukup jauh dari pusat kota Klaten ke arah utara.

Ada apa saja Desa Wisata Janti ?
Salah satu tempat wisata klasik yang sudah cukup dikenal di Kota Klaten adalah Pemancingan Janti di Kecamatan Polanharjo. Pemancingan Janti sudah sejak lama menjadi alternatif bagi masyarakat Klaten dan sekitarnya (Solo, Jogja, Boyolali, Sukoharjo) untuk berwisata, mulai dari menghabiskan waktu di akhir pekan, reuni, arisan, pertemuan keluarga, atau sekedar ingin mancing saja. Berbagai wisata dapat dijumpai di desa wisata Janti, antara lain :
1. Wisata Air
Desa Wisata Janti menawarkan keasrian yang begitu hijau dengan hamparan persawahan maupun bunyi gemercik sungai dari berbagai mata air yang muncul. Beragam produk wisata air yang ada di Klaten tentunya dapat kita nikmati disini yaitu sebuah pemancingan yang begitu marak di daerah ini hingga melejitkan sebuah nama dengan tempat wisatanya yang begitu menarik para pengunjung lokal maupun luar daerah untuk melakukan aktivitas diluar rutinitas yang menyita banyak waktu kita di lingkungan pekerjaan. yaitu refreshing atau relaksasi dengan beragam cara namun salah satu alternatif yang paling tepat adalah memancing. Disamping itu juga anak-anak maupun dewasa dapat menikmati keindahan air yang sangat sejuk dan jernih langsung dari mata air, berupa arena permainan air dan kolam renang.

2. Wisata Kuliner
Dikampung ini bisa ditemukan rumah-rumah penduduk yang disulap menjadi rumah makan lengkap dengan arena pemancingan. Berbagai penawaran paket wisata telah disiapkan untuk anda jika ingin menikmati suasana pemancingan dengan hidangan hasil tangkapan ikan sendiri yang tentunya masih fresh, siap di olah ditempat ini yang akan memanjakan aktivitas memancing anda sekaligus membuat perut menjadi kenyang dengan olahan ikan yang sesuai selera meja makan anda serasa di restoran alam, yang sekarang telah menjadi trend wisata kuliner di negeri ini. Pemancingan yang muncul belakangan dikelola dengan perhitungan bisnis matang, sehingga benar-benar bisa mendatangkan pengunjung. Namun kemunculan pemancingan berfasilitas lengkap membuat pemancingan yang hanya menyediakan kolam dan masakan seadanya pun sepi.
Menu yang dia sediakan adalah ikan lele, kakap merah, nila, bawal dan gurame. Kakap dan nila paling diminati pengunjung. ‘’Daging gurame pulen, tetapi mahal. Harganya dua kali lipat kakap atau nila. Jadi pengunjung lebih suka kakap merah.
Keberadaan Janti sebagai kawasan wisata kuliner mendapat perhatian Dinas Kabudayaan Pariwisata Pemuda dan Olahraga Klaten. Keberadaan pemancingan Janti disinergikan dengan objek wisata lain di Klaten seperti Mata Air Cokro di Desa Cokro, Kecamatan Tulung.
Pembinaan Janti sebagai kawasan penghasil dan budi daya ikan juga melibatkan Dinas Pertanian dan Dinas Perindustrian Perdagangan Koperasi dan UMKM. Janti direncanakan menjadi kawasan penghasil ikan dan wisata kuliner yang mendukung keberadaan Mata Air Cokro.

Analisis 3A
Perkembangan suatu kawasan wisata tergantung pada apa yang dimiliki kawasan tersebut untuk ditawarkan kepada wisatawan. Hal ini tidak dapat dipisahkan dari peranan para pengelola kawasan wisata. Dalam Oka A. Yoety (1997:165) berpendapat bahwa berhasilnya suatu tempat wisata hingga tercapainya kawasan wisata sangat tergantung pada 3A yaitu atraksi (attraction), mudah dicapai (accessibility), dan fasilitas (amenities).
a. Atraksi (Attraction)
Atraksi wisata yaitu sesuatu yang dipersiapkan terlebih dahulu agar dapat dilihat dan dinikmati. Kawasan Wisata Janti menampilkan suasana asri pedesaan, udara yang sejuk, dan puluhan sumber air yang jernih, didukung tempat pemancingan yang nyaman dan aman untuk seluruh pengunjung. Dalam waktu tertentu diadakan upacara/ritual tradisional seperti sadranan, grebek, dan sedekah bumi.

b. Aksesibilitas (Accesibility)
Aktivitas kepariwisataan banyak tergantung pada transportasi dan komunikasi karena faktor jarak dan waktu yang sangat mempengaruhi keinginan seseorang untuk melakukan perjalanan wisata. Unsur yang terpenting dalam aksesibilitas adalah transportasi, maksudnya yaitu frekuensi penggunaannya, kecepatan yang dimilikinya dapat mengakibatkan jarak seolah-olah menjadi dekat. Kawasan Wisata ini aksesnya sangat mudah dijangkau, bagi wisatwan yang berangkat dari Solo naik bus umum jurusan Klaten, turun di Tegalgondo, dilanjutkan minibus menuju ke desa wisata Janti. Bagi wisatawan di luar kota dapat akses melalui bus umum jurusan Klaten, turun di terminal Jonggrangan, dan melanjutkan ke tempat wisata dengan menggunakan minibus.

c. Fasilitas (amenities)
Fasilitas pariwisata tidak akan terpisah dengan akomodasi perhotelan. Karena pariwisata tidak akan pernah berkembang tanpa penginapan. Fasilitas wisata merupakan hal-hal penunjang terciptanya kenyamanan wisatawan untuk dapat mengunjungi suatu daerah tujuan wisata. Fasilitas yang ada didalamnya seperti : kolam renang, pemacingan lengkap, kamar mandi, kamar ganti, toilet, dsb. Walaupun belum ada hotel ataupun penginapan kelas melati, namun tidak jauh dari lokasi di jalan besar Jogja-Solo bertebaran penginapan-penginapan dari kelas melati sampai bintang satu.

Dengan fasilitas-fasiltas yang jauh dari modern, diharapakan Pemerintah Kabupaten Klaten memberikan fasilitas yang baik dan lengkap terhadap obyek wisata Janti ini, karena banyak potensi yang dimiliki yang belum digarap secara maksimal.

Referensi :
Walker, J R. (2006). Introduction to Hospitality. United States. Prentice Hall
Yoeti.(1997).Perencanaan dan Pengembangan Pariwisata. Jakarta. Pradnya Paramita
http://www.klatenkab.go.id/web/node/40
http://id.wikipedia.org/wiki/Kabupaten_Klaten
http://www.ktmc.info/index.php?option=com_content&view=article&id=88%3Adesa-wisata&catid=40%3Awisata&Itemid=44&showall=1
http://www.suaramerdeka.com/v1/index.php/read/cetak/2012/03/25/181174/Janti-Bertahan-dengan-Kuliner-Serbaikan