TEKNOLOGI INFORMASI KEPARIWISATAAN: FRIEND OR FOE?
Teknologi informasi dan kepariwisataan di Indonesia mengalami peningkatan yang luar biasa di Indonesia. Indonesia menjadi negara terbesar keempat dalam penggunaan internet. Tercatat 55 juta pengguna internet di Indonesia sampai dengan tahun 2012 (webstat.com), sementara dalam penggunaan situs jejaring sosial Indonesia menjadi pengguna terbesar kedua setelah India dengan jumlah 51 juta pengguna. Penggunaan teknologi informasi setidaknya mempengaruhi pelaku bisnis pariwisata dan wisatawan itu sendiri dalam berbagi informasi kepariwisataan. Kemudahan penggunaan, interaktivitas dan fleksibilitas antarmuka sebuah situs menunjukkan peran penting bagi teknologi world wide web dalam pemasaran destinasi pariwisata, dan terdapat indikasi bahwa situs pariwisata terus-menerus dibuat lebih interaktif [1].
Di Indonesia penggunaan jejaring media sosial marak digunakan sebagai media penawaran jasa dan produk pariwsata mulai dari tingkat perorangan hingga perusahaan skala besar. Pertanyaanya seberapa besar tingkat kepercayaan wisatawan terhadap media sosial sebagai alternatif penyedia informasi kepariwisataan dapat memenuhi ekspetasi wisatawan di Indonesia terhadap informasi kepariwisataan yang disajikan.
Hasil studi mengungkapkan sebanyak 62% responden menggunakan media sosial sebagai sumber informasi utama kepariwisataan media, meskipun sebanyak 60% responden masih menyatakan ragu-ragu terhadap informasi produk kepariwisataan yang disajikan pada media sosial. Meskipun demikian sejumlah besar responden meyakini bahwa jejaring media sosial dapat menjadi sarana promosi produk kepariwisataan yang layak [2]
Tingkat kepercayaan yang tidak begitu baik terhadap situs konvensional dipengaruhi tiga faktor utama yakni informasi yang tidak lengkap tentang kepariwisataan (63%) diikuti dengan informasi yang tidak diperbarui diperingkat kedua (56%), informasi yang membingungkan (28%), dan umpan balik (feed back) yang lambat (25%).
Kondisi ini menggambarkan tingkat kepercayaan terhadap informasi kepariwisataan yang diberikan oleh situs konvensional belum sepenuhnya memenuhi ekspetasi wisatawan, meskipun terdapat media sosial sebagai alternatif informasi, responden masih belum beranjak dari situs konvensional sebagai fasilitas utama informasi tentang kepariwisataan. Ekspetasi wisatawan cukup tinggi terhadap situs kepariwisataan untuk memberikan informasi yang lebih akurat, terbarui dan mudah dipahami. Sementara itu media sosial untuk sementara waktu masih dipercaya dan tetap berfungsi sebagai sarana komunikasi antar penggunanya dimana para pemilik akun dapat bertukar informasi tentang berbagai produk dan layanan kepariwisataan terutama dari pemilik akun media sosial yang sudah pernah mengunjungi destinasi tertentu.
Referensi:
- Pease W., Rowe M., Cooper M., (2007) Information Technologies in Support of Tourism Industry, Idea Group Publishing, USA, p.24
- Komsary K.C. and Ernawati, T. Social Media as an Alternative Source of Tourism Information, Improve, Politeknik Pos Indonesia, Vol.6, Nr. 1 Year 2014, Bandung