Manfaat ekonomi dari kepariwisataan pada umumnya dapat dilihat dari sudut pandang penawaran dan permintaan (supply dan demand). Manfaat ekonomi secara keseluruhan dapat dibagi ke dalam tiga kategori (Berzina dan Livina,2008) :

  • Direct benefit, merupakan dampak langsung yang terjadi akibat proses transaksi penjualan barang dan jasa.
  • Induced benefit atau perubahan aktivitas ekonomi
  • Consequential benefit atau multplier effect;

Contoh manfaat ekonomi secara langsung yang terjadi adalah ketika wisatawan membeli suvenir pada toko-toko cendera mata dimana terjadi transaksi antara penjual dan pembeli, dimana penjual dan pembeli sama-sama memperoleh manfaat atas tranksaksi yang dilakukan. Manfaat lain adalah dengan adanya aktivitas kepariwisataan yang terjadi di suatu daerah maka masyarakat mendapat manfaat dengan beralih kepada usaha-usaha di bidang kepariwisataan dimana usaha-usaha ini bukan bagian dari perekonomian masyarakat sebelumnya. Sedangkan multiplier effect merupakan manfaat berantai yang diakibatkan oleh adanya rantai suppply dan demand. Dalam skala yang besar dan waktu yang panjang kondisi ini dapat memberikan dampak atau masalah yang cukup signifikan seperti permintaan yang berlebihan terhadap sumber daya, inflasi, ketidakseimbangan pembangunan ekonomi, degradasi lingkungan dan juga berpengaruh terhadap kehidupan sosial budaya masyarakat.

Untuk menganalis dampak ekonomi di suatu daerah, terdapat beberapa pendekatan umum yang dapat digunakan. Menurut Stynes, dampak ekonomi dapat diukur dengan:

  • Mengevaluasi dampak ekonomi dari perubahan penyediaan (supply) kegiatan rekreasi dan kesempatan wisata (tourism opportunities). Perubahan ini dapat melalui penyediaan fasilitas baru, penutupan fasilitas yang ada, dan ekspansi dalam ukuran kuantitatif. Perubahan penyediaan fasilitas pariwisata ini juga dapat terjadi secara kualitatif seperti: (a) perubahan kualitas lingkungan, (b) perubahan infrastruktur dan pelayanan publik dan (c) perubahan produk dan pelayanan pariwisata
  • Mengevaluasi dampak ekonomi berdasarkan perubahan permintaan produk pariwisata (tourism demand). Kegiatan pemasaran pariwisata yang kontinyu dan konsisten tentunya mempengaruhi selera dan pilihan wisatawan terhadap produk yang ditawarkan.
  • Mengevaluasi efek dari kebijakan yang dilakukan oleh pemerintah atau sektor swasta yang mempengaruhi aktivitas kepariwisataan baik secara langsung maupun tidak langsung. Seperti contoh kebijakan tentang visa on arrival.
  • Mengevaluasi dan memahami struktur dan ketergantungan (interdepedencies) berbagai sektor di bidang ekonomi dan keterkaitannya (linkage) dengan sektor kepariwisataan

Pariwisata meskipun saat ini menjadi sebuah sektor yang diandalkan sebagai motor penggerak ekonomi namun tetap rentan dalam skala tertentu. Ketika wabah SARS (Severe Acute Respitory Syndrome) melanda Asia, Bom Bali 2002 dan 2004, menyebabkan pariwisata Indonesia berada dalam kondisi yang rapuh. Pekerja sektor kepariwisataan (perhotelan dan restoran) merupakan sektor yang paling rentan terhadap kejadian-kejadian luar biasa di bidang kepariwisataan. Laporan ICGI (Interim Consultative Group on Indonesia) Tahun 2002 menyebutkan pekerja hotel adalah penerima gaji (wage earner) dari sektor formal terbesar (97,5%) disusul pekerja restoran (78,2%). Sebaliknya dari sektor informal pedagang sebesar 75,5%.

Kondisi tersebut menggambarkan kerentanan di sektor ekonomi karena hanya memberikan kesempatan kerja secara temporer yang artinya jika terjadi kondisi yang menekan aktivitas kepariwisataan seperti peristiwa bom Bali maka para pekerja ini yang akan mendapat dampak secara signifikan.Kegiatan ekonomi yang bergantung pada penyediaan (supply) sumber daya kepariwisataan yang tergantung pada sektor tertentu saja sudah tentu menyebabkan semakin tinggi pula kerentanan terhadap penurunan (downturn) aktivitas ekonomi. Sebaliknya ketika terjadi penurunan permintaan maka sektor ini juga menjadi rentan.

Sebenarnya ketika terjadi penurunan aktivitas kepariwisataan (tourism downturn) seperti contoh kasus di Bali akibat berbagai sebab terdapat beberapa sektor yang tetap bertahan seperti sektor pertanian. Hal ini juga dapat dilihat dari PDRB Provinsi Bali tahun 2009 yang mempunyai nilai cukup besar. Dibandingkan dengan sektor perdagangan, perhotelan dan restoran, yang rentan terhadap inflasi sektor pertanian nampaknya tetap dapat menjadi andalan perekonomian di Provinsi Bali. Dengan kebijakan dan pemerataan pengembangan sektor-sektor ekonomi lainnya selain kepariwisataan, nampaknya perekonomian Bali dapat lebih bertahan.

Kondisi pariwisata di Bali pada saat itu terbangun ke dalam kantong-kantong kepariwisataan (tourism enclave) yang dikuasai oleh perusahaan-perusahaan besar dapat dikatakan justru membuat perekonomian masyarakat Bali tidak tergantung pada kepariwisataan tetapi menyebabkan masyarakat Bali justru bergantung pada kantong-kantong pariwisata yang “dimonopoli” oleh perusahan-perusahaan besar transnasional. Kondisi ini tidak saja dapat menimbulkan kerentanan ekonomi tetapi juga kerentanan sosial. Toleransi masyarakat lokal terhadap aktivitas wisatawan akan meningkat secara signifikan jika terbuka kesempatan untuk masyarakat lokal untuk terlibat dalam usaha kepariwisataan melalui kepemilikan dan operasi dari fasilitas pariwisata dan tidak sekedar menjadi pegawai pada sektor perhotelan dan rumah makan. Dengan demikian untuk meningkatkan ketahanan ekonomi keterlibatan masyarakat menjadi isu penting dalam perencanaan pengembangan kepariwisataan. Partisipasi masyarakat merupakan kebutuhan agar manfaat (ekonomi) dapat dinikmati oleh masyarakat lokal.

KESIMPULAN

Perkembangan kantong-kantong pariwisata (tourism enclaves) pada satu sisi dapat meningkatkan pendapatan serta membuka kesempatan kerja pada sektor kepariwisataan, namun pada sisi yang lain juga menyebabkan kerentanan terhadap perekonomian masyarakat yang sebenarnya tidak saja bergantung pada aktivitas pariwisata, tetapi juga bergantung pada kantong-kantong pariwisata yang sebenarnya tidak terlalu memberikan manfaat ekonomi pada masyarakat lokal dalam jangka panjang. Peran pemerintah terutama dalam pengembangan infrastruktur dan fasilitas kepariwisataan sangat penting terutama dalam mencegah terjadinya dampak yang cukup besar di masa yang akan datang.

Referensi:

Berzina, Iluta dan Livina, Agita (2008) The Model on Estimating Economic Benefit of Nature-based Tourism Services of Territories of National Parks, Latvia, Paper on 4th WSEAS/IASME International Conference on Educational Technologies (EDUTE’08) Corfu, Greece, October 26-28, 2008

Frechtling, Douglas C. (1994) Assessing the economic impacts of travel and tourism: Measuring economic benefits dalam Stynes, Daniel J. Economic Impacts of Tourism, http://150.214.182.12:8080/turismo/turismonet1/economi 20del%20turismo/economia%20del%20turismo/economic%20impacts%20of%20tourism.pdf, diakses 12 April 2011

Frechtling, Douglas C. (1994) Assessing the economic impacts of travel and tourism – Measuring economic benefits dalam T, J.R. Brent Ritchie, Brent J.R. dan Goeldner, Charles R. (eds) Travel, Tourism and Hospitality Research 2Edn., John Wiley and Sons Inc., New York

Interim Consultative Group on Indonesia (2002) Vulnerabilities of Bali’s Tourism Economy: A Preliminary Assessment, Informal World Bank Staff Paper

Lickorish, L. J. (1991) Roles of government and private sector dalam Mason, Peter (2003) Tourism Impacts, Planning and Management, Butterworth-Heinemann, USA

Mason, P. and Mowforth, M. (1995). Codes of Conduct in Tourism, Research, Paper No. 1 dalam Mason, Peter (2003) Tourism Impacts, Planning and Management, Butterworth-Heinemann, USA

Mason, Peter (2003) Tourism Impacts, Planning and Management, Butterworth-Heinemann, USA, hal. 37

Pearce, D. G. (1989) Tourist Development dalam Mason, Peter (2003) Tourism Impacts, Planning and Management, Butterworth-Heinemann, USA

Stynes, Daniel J.(____) Economic Impacts of Tourism, http://150.214.182.12:8080/turismo/turismonet1/economi %20del%20turismo/economia%20del%20turismo/economic%20impacts%20of%20tourism.pdf, diakses 12 April 2011

Williams, Stephen (2009) Tourism Geography: A new Synthesis, (2nd edn.), Routledge, New York, 236 – 238,244

www.bali.bps.go.id