Tumpeng Philosophy
Indonesia adalah negara agraris, sehingga di sebagian besar daerah di Indonesia nasi masihlah menjadi makanan pokok. Yang mana nasi ini sehari-hari dimakan dengan sayur-sayuran dan lauk pauk yang beragam. Selain menjadi makanan pokok sehari-hari, nasi juga sangat berperan dalam perayaan-perayaan tertentu, seperti kelahiran, perkawinan, ulang tahun dan masih banyak lagi. Tumpeng adalah hidangan paripurna (penuh & lengkap) yang merupakan warisan tradisi nenek moyang yang sangat tinggi maknanya karena merupakan simbolisasi yang bersifat sakral yang lebih menunjukkan pada suatu rasa syukur kepada Tuhan YME dan sarat dengan simbol mengenai ajaran makna hidup (Ketaren, 2015). Tumpeng dahulunya dibuat dari nasi putih berbentuk kerucut yang dilengkapi dengan lauk pauk dan sayur-sayuran yang diletakan di alas berbentuk bulat. Semua bagian dalam tumpeng ada arti simboliknya (radith, 2011), yaitu :
- Nasi putih
Bentuk kerucut melambangkan tangan manusia yang merapat menjadi satu menyembah dan menunjuk ke satu titik diatas, yaitu kepada Tuhan YME. Dan dalam bahasa Jawa tumpeng berarti Gunung. Pada bagian kerucut ditutupi oleh daun pisang yang melambangkan rumah suci bagi Gusti Allah, dewa-dewi dan para leluhur. Cara menyantap tumpeng ini tidak diperbolehkan untuk memotong kerucut dan mengangkat daun pisang yang menutupinya , karena ini melambangkan terputusnya ikatan bathin dengan Gusti Allah, dewa-dewi dan leluhur. Jarang sekali yang mengetahui cara ini. Yang benar adalah mengambil dari bawah kerucut yang ditutupi daun pisang (http://www.acp-indonesia.net/Get/Article/nasi-tumpeng)
- Ayam: ayam jantan (jago)\
Ayam yang dipakai adalah ayam jago, yang dimaksudkan supaya manusia terhindar dari sifat-sifat ayam jago, yaitu sombong, congkak, mau menang sendiri, tidak setia dan tidak perhatian pada anak istri. Dimasak utuh dengan bumbu kuning/kunir dan diberi areh (kaldu santan yang kental), merupakan simbol menyembah Tuhan dengan khusuk (manekung) dengan hati yang tenang (wening). Ketenangan hati dicapai dengan mengendalikan diri dan sabar (nge”reh” rasa) (radith, 2011).
- Ikan lele
Dahulu yang dipakai adalah ikan lele, berbeda dengan sekarang ada yang mengganti dengan ikan gurame, emas dan yang lainnya. Sebenarnya penggunaan ikan lele adalah simbol ketabahan, keuletan dalam hidup dan sanggup hidup dalam situasi ekonomi yang paling bawah sekalipun.
- Ikan teri
Ikan teri selalu hidup bergerombol. Ikan teri menyimbolkan kebersamaan dan keutuhan.
- Telur
Telur biasanya dimasak dengan cara pindang atau hanya direbus, sehingga sebelum dimakan haruslah kita kupas dahulu kulitnya. Ini melambangkan bahwa didalam kehidupan semua tindakan kita harus direncanakan, dikerjakan sesuai rencana dan dievaluasi hasilnya demi kesempurnaan. Telur juga menjadi perlambang jika manusia diciptakan dengan fitrah yang sama. Yang membedakan nantinya hanyalah ketakwaan dan tingkah lakunya (http://www.tandapagar.com/nasi-tumpeng/)
- Sayuran urap
Sayur-sayuran yang digunakan juga memiliki arti (radhite, 2011), seperti :
- Kangkung berarti jinangkung yang berarti melindung, tercapai.
- Bayam (bayem) berarti ayem tentrem,
- Taoge/cambah yang berarti tumbuh,
- Kacang panjang berarti pemikiran yang jauh ke depan/inovatif,
- Brambang (bawang merah) yang melambangkan mempertimbangkan segala sesuatu dengan matang baik buruknya,
- Cabe merah diujung tumpeng merupakan symbol dilah/api yang meberikan penerangan/tauladan yang bermanfaat bagi orang lain.
- Kluwih berarti linuwih atau mempunyai kelebihan dibanding lainnya.
- Bumbu urap berarti urip/hidup atau mampu menghidupi (menafkahi) keluarga.
Dari seluruh keterangan diatas dapatlah disimpulkan bahwa filosofi dari tumpeng adalah wujud rasa syukur dan terima kasih kepada YME atas kebersamaan, keharmonisan dan kerukunan yang ada.
References:
Ketaren, Indra, 2015,
http://gastroina.blogspot.co.id/2015/04/makna-filosofi-nasi-tumpeng-sebagai_57.html
radith, 2011
http://www.apakabardunia.com/2011/03/mengenal-dan-mengetahui-filosofi-yang.html
http://www.acp-indonesia.net/Get/Article/nasi-tumpeng