How to cite this article:

Wiyana, T., Adiati, M.A, & Wiastuti, R.D. (2018). Korelasi Antara Event Budaya dengan Citra Destinasi Pada Solo International Performing Arts 2017. Jurnal Hospitality dan Pariwisata. Vol 4. No 1. pp 24-31

KORELASI ANTARA EVENT BUDAYA DENGAN CITRA DESTINASI PADA SOLO INTERNATIONAL PERFORMING ARTS 2017

Tri Wiyana, Maria Pia Adiati, Rachel Dyah Wiastuti

Hotel Management Department, Bina Nusantara University

Jalan K.H. Syahdan No.9, Palmerah, Jakarta 11480

triwiyana@binus.edu, madiati@binus.edu, rwiastuti@binus.edu

ABSTRACT

City are increasingly using cultural events to improve their image, stimulate urban development and attract tourists and investors. As part of the strategy of tourism development and urban development, Solo presents “Solo International Performing Arts” in 2017.. The aim is to attract tourists and maintain as a cultural city. This research method using correlation method, with data analysis technique used to test hypothesis is product moment correlation technique and simple correlation analysis. There were 113 responses by resident and non-resident visitors to the Solo International Performing Arts event used to evaluate the city’s image effects of the event. The results showed that there was a positive and significant relationship between the cultural event with the image of destination with thitung 2.17 bigger than ttabel 1.96.. The image of the city as a tourist destination is always showing an increase in tourists who visit. This is what will always be the spirit of the ideal form search process. Finally from all this research will lead to one big theme that big city because of life of tradition society.

Keywords: Special Event, Destination Image, SIPA

PENDAHULUAN

Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif menetapkan 13 daerah destinasi MICE (Meeting, Incentive, Convention, and Exhibition) unggulan yaitu; Jakarta, Yogyakarta, Surabaya, Bali, Balikpapan, Medan, Batam, Bintan, Padang, Bukittinggi, Makassar, Manado, Palembang, Mataram, dan Bandung. Penetapan 13 destinasi MICE unggulan ini telah mendorong diselengarakannya ratusan event nasional maupun internasional di Indonesia. Penyelenggaraan event yang telah diadakan di Indonesia memberikan dampak positif terhadap daerah destinasi penyelenggara (Suci & Pahlawan, 2015).

Pembangunan ekonomi perkotaan dan pariwisata perkotaan telah diwarnai oleh munculnya festival seni dan budaya dalam agenda kebijakan perkotaan. Festival budaya sebagai peristiwa spesial dalam domain budaya, yang menyajikan kontribusi signifikan dalam hal orisinalitas atau inovasi di bidangnya. Namun perspektif yang lebih komprehensif mengenai festival budaya dan seni menyiratkan tigatujuan (1) menarik sumber daya dan peserta; (2) memposisikan ulang city image; dan (3) berperan sebagai  penggerak aktivitas budaya dan sosial (Herrero, Sanz, Bedate, & Barrio, 2011).

In  such  a  climate,  cultural  events  in  particular have emerged as a means of improving  the  image  of  cities,  adding  life  to  city streets  and  giving  citizens  renewed  pride  in their  home  city.  This  enhancement  of  community  pride  and  destination  image  following an event has been referred to as the ‘haloeffect (Hall, 1992).

Solo Internatational Performing Arts (SIPA) adalah sebuah pagelaran seni pertunjukan berskala internasional. Semangat nyata sekedar memfungsikan seni pertunjukan untuk persoalan kesenian saja. Namun seni pertunjukan, baik itu dari wilayah tradisi atau pun dari wilayah modern, harus bias menjadi sarana untuk memunculkan semangat kebersamaan. Tahun 2017 ini, SIPA mengusung tema Bahari Kencana Maestro Karya.  Bahari Kencana Maestro Karya adalah sebuah persembahan pergelaran mahakarya seni pertunjukan berskala internasional untuk gerakan menjaga, merawat dan mencintai laut (tentu juga samudera) untuk masyarakat Indonesia. Indonesia adalah Negeri Bahari. Maka penting kiranya memaknai dengan gerakan menjaga, merawat dan mencintai laut juga samudera dan tentu berikut kehidupan-nya. Dengan gerakan tersebut, keberadaan lautan di tanah air akan selalu memberikan manfaat bagi kehidupan masyarakat di seluruh Indonesia (Indonesia Kaya, 2018).

Cities  have  long  used  mega  events  such  as World Fairs, Expos and sporting events as a means  of  revitalizing  their  economies,  creating  infrastructure  and  improving  their  image (Getz, 1991). Strategi menggunakan event semacam ini tidak mudah membawa image kota menjadi terkenal. Diperlukan pemahaman bersama antara masyarakat kota, pemerintah daerah, dan wisatawan dalam membangun sebuah image.

Dalam penelitian ini adalah ingin mengetahui pemahaman persepsi warga dan pengunjung terhadap manfaat event budaya dalam perspektif pembentukan citra destinasi bagi penyelenggara acara dan pemerintah daerah untuk mengembangkan strategi yang efisien untuk pengembangan event dan peranmasyarakat kota. Dengan demikian, tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengevaluasi keberadaan SIPA 2017 dampaknya terhadap citra kota Solo.

Berdasarkan fenomena bahwa kota Solo merupakan kota budaya, dengan berbagai macam event budaya yang diselenggarakan, maka dapat dirumuskan permasalahan dalam penelitian ini adalah “Apakah event budaya yang diselenggarakan mampu meningkatkan citra dari destinasi kota Solo?” dalam hal ini mengambil obyek penelitian penyelenggaraan festival budaya “Solo International Performing Art” tahun 2017.

LANDASAN TEORI

Destination Image dan Events

City image bisa diartikan place image atau destination image. City image biasanya sangat penting dalam menarik pengunjung dan menempatkan penelitian gambar telah sangat lazim di bidang studi pariwisata. Penelitian cenderung menggarisbawahi kompleksitas konsep image (Jansson, 2003), sebuah poin yang dijelaskan saat meninjau literatur image, walaupun secara luas, image dapat digambarkan sebagai ‘currency of cultural (Morgan, Pritchard, & Pride , 2005), mencerminkan dan memperkuat makna dan kepercayaan bersama dan sistem nilai tertentu.

Special Event mendefinisikan bahwa I defined special event as a unique moment in time celebrated with ceremony and ritual to satisfy specific needs. Definisi tersebut diartikan sebagai special event sebagai:“Situasi istimewa yang dirayakan dengan rangkaian upacara (perayaan) dan ritual untuk mendapatkan kepuasan atas kebutuhan tertentu” (Goldblatt, 2010) ada lima tahapan yang harus dilakukan untuk menghasilkan special event yang efektif dan efisien, yaitu:

  1. Research

Penelitian dilakukan untuk menentukan kebutuhan, keinginan, dan ekspektasi khalayak sasaran. Penelitian yang dilakukan dengan baik akan mengurangi resiko kegagalan dalam pelaksanaan special event.

  1. Design

Dibutuhkan kreativitas yang luar biasa dari pelaksanaan special event. Kemampuan dalam menciptakan gerakan, suara, permainan warna, cahaya, mendesain area, dan sebagainya diperlukan untuk menciptakan kesan yang mendalam bagi para pengunjung.

  1. Planning

Banyak hal yang harus dipertimbangkan pada saat perencanaan sering kali mengalami perubahan, penambahan, atau pengurangan sesuai ketersediaan sumberdaya yang ada. Planning dilakukan setelah analisis situasi dilakukan bersamaan dengan designing.

  1. Coordinating

Diperlukan berbagai keahlian agar special event menjadi acara yang sukses dan kemudian mampu mengangkat citra tempat atau perusahaan. Seorang manager acara harus dapat mengoordinasi pihak-pihak yang terlibat dalam acara ini agar dapat bekerja secara simultan dengan satu tujuan yang sama, yaitu menghasilkan acara yang sukses.

  1. Evaluation

Setelah acara selesai barulah proses evaluation dilakukan. Pada kenyataannya, tahap ini sering diabaikan. Evaluasi yang baik akan menghasilkan data dan fakta yang sangat berharga, khususnya untuk mendukung kegiatan yang akan dilakukan pada masa yang akan datang.

Destination image merupakan brand image di dalam konteks pariwisata. Dalam sektor pariwisata, penelitian terkait dengan destination image sangat diperlukan. Hal tersebut sebagaimana yang dikatakan oleh Dominique bahwa pengukuran destination image perlu untuk dilakukan karena hal tersebut merupakan elemen penting dalam hal kunjungan wisata (Dominique, 2011)

Konsep destination image memiliki pedoman bahwa“the image of a tourist destination is based on consumer’s rationality and emotionally, and as the result of the combination of two (2) main components or dimensions (Dominique, 2011). Komponen tersebut antara lain cognitive image dan affective image.

  1. Cognitive image

Cognitive image merupakan tahapan pertama seseorang dalam penilaiannya terhadap sebuah objek. Komponen kognitif terbentuk lebih dahulu dari pada komponen afektif. Selain itu, komponen kogntif merupakan umpan balik konsumen dari pengetahuan mereka terhadap suatu obyek.

  1. Affective Image

Proses afektif akan terjadi setelah ide, gagasan, dan pengetahuan mengenai destinasi wisata terjadi dalam proses kognitif. Penilaian afektif merupakan tahap terakhir dalam rangkaian penilaian kognitif. Aspek afektif dinilai dari perasaan wisatawan dalam menilai destinasi wisata. Dominique menyampaikan bahwa afektif image terkait dengan perasaan dan emosi wisatawan yang mampu mempengaruhi motivasi berkunjung wisatawan.Dalam aspek afektif, motivasi turut mengambil bagian. Dari beberapa penelitian, motivasi tersebut dapat terjadi karena beberapa faktor.

Penelitian Sebelumnya

Penelitian (Richard & Wilson , 2001)lebih dari 2000 tanggapan kuesioner oleh pengunjung penduduk dan non-penduduk terhadap acara Capital Cultural digunakan untuk mengevaluasi efek image dari event  tersebut. Dalam wawancara mendalam juga dilakukan dengan pembuat kebijakan dan manajer budaya, untuk memungkinkan evaluasi temuan survei dalam konteks materi kualitatif yang lebih kaya. City Images sebagai tujuan budaya memang membaik di tahun 2001, namun unsur fisik dan berwujud dari  city image (arsitektur modern, air) dan Natherland karakter sebagai working city terus mendominasi.

Studi ini mencerminkan trend penelitian yang menggambarkan sektor budaya dalam pembangunan ekonomi kota dan daerah (pengembangan budaya). Penelitian ini menghasilkan peranorganisasi non pemerintah yang berkontribusi dalam mengenali peran budaya dan pembangunan berkelanjutan kota-kota terkecil  (Murawska & Bieganska, 2014)

Hasil penelitian menggambarkan skala city image terdiri dari enam faktor dan 21 item dengan reliabilitas dan validitas. Kota Tabriz memberikan bukti tentang peran ATE, city image, dan image yang sesuai, yang merupakan kontribusi baru yang penting, karena hanya sedikit penelitian yang berfokus pada city image atauimage yang sesuai ((Tavakkoli, 2016).

METODE PENELITIAN

Populasi dalam penelitian ini adalah pengunjung festival Solo International Performing Arts tahun 2017. Jumlah sampel yang ada di penelitian ini berjumlah 113 responden, responden ini di diperoleh dari jumlah kuesioner yang kembali dan diisi. Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah Non-Probability Sampling, jenis sampling yang digunakan adalah accidental sampling Lokasi penelitian ini dilakukan di Kota Solo, Jawa Tengah dengan objek wisata lokal periode 2017. Desain penelitiannya menggunakan metode survei yang digunakan. Variabel yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari Event Budaya (X) dan Citra Destinasi (Y). Populasi dan sampel dalam penelitian ini adalah wisatawan lokal yang berkunjung ke Solo sebanyak 113 responden. Analisis data yang digunakan adalah regresi linier sederhana. Model hipotesisnya adalah sebagai berikut:

  • H0 : Tidak ada hubungan yang signifikan antara event budaya terhadap citra destinasi
  • Ha : Ada hubungan yang signifikan antara event budaya terhadap citra destinasi

Tabel 1. Instrumen penelitian

Variabel Dimensi Indikator
Event Budaya

Special event as a unique moment in time celebrated with ceremony and ritual to satisfy specific needs (Goldblatt, 2010)

Event Management Perencanaan
Informasi
Pelaksanaan
Harapan
Perayaan
Kemeriahan
Keunikan
Tujuan
Citra Destinasi

The image of a tourist destination is based on consumer’s rationality and emotionally, and as the result of the combination of two main components or dimensions (Dominique, 2011)

Kognitif Slogan Pariwisata
Budaya
Batik
Masyarakat
Afektif Tradisi
Penyambutan
Kuliner
TujuanWisata
Iklim

HASIL DAN PEMBAHASAN

Berikut ini merupakan informasi hasil penelitian yang menunjukkan penilaian responden atas masing-masing pernyataan yang terdapat pada kuesioner penelitian, informasi dapat diketahui sebagaiberikut:

Tabel. 2. Sebaran Distribusi Pertanyaan Variabel Event Budaya  

Variabel Pernyataan %1 %2 %3 %4 %5 Jumlah
Event Budaya Berbagaievent/acara yang diadakan di kota Solo dipersiapkandenganbaikolehpihakpenyelenggara. 0,00% 0,00% 7,08% 67,26% 25,66% 100%
Proses pelaksanaanberbagaievent di kota Solo berjalandenganbaik. 0,00% 0,00% 0,88% 63,72% 35,40% 100%
Andaberharapevent/acara yang menarikpengunjungakandiselenggarakankembali. 0,00% 0,00% 1,77% 45,13% 53,10% 100%
Andamendapatkaninformasiberbagaievent/acara yang diadakan di kota Solo dariberbagaisumber. 0,00% 0,00% 0,88% 69,03% 30,09% 100%
Event/acara yang diselenggarakanharusmengandungmakna/tematertentu. 0,00% 0,00% 9,73% 46,90% 43,36% 100%
Berbagaievent/acara di kota Solo selaluunik/berbedadengankotalainnya. 0,00% 60,18% 3,54% 36,28% 0,00% 100%
Berbagaievent/acara di kota Solo selaludipadatipengunjung. 0,00% 4,42% 3,54% 36,28% 55,75% 100%
Berbagaievent/acara di kota Solo mempunyaitujuanuntukmeningkatkankunjunganwisata. 0,00% 65,49% 14,16% 19,47% 0,88% 100%

Berdasarkan hasil penilaian yang dilakukan oleh responden, kecenderungan untuk masing-masing pernyataan berada pada kategori Setuju dan Sangat Setuju. Hal ini menunjukkan bahwa responden mengetahui event budaya yang sedangberlangsung di Solo.

Tabel. 2. SebaranDistribusiPertanyaanVariabelDestination Image

Variabel Pernyataan %1 %2 %3 %4 %5 Jumlah
Citra Destinasi Andamengetahui slogan pariwisatakota Solo “The Spirit of Java”. 0,00% 50,44% 13,27% 32,74% 3,54% 100%
Kota Solo terkenaldengankotabudaya. 0,00% 0,00% 10,62% 45,13% 44,25% 100%
Batik Solo sangatkhasdibandingkandengandaerahlainnya. 0,00% 0,00% 5,31% 32,74% 61,95% 100%
Banyaktempatkuliner di kota Solo yang menyajikanmakanankhaskota Solo. 0,00% 0,00% 4,42% 37,17% 58,41% 100%
Masyarakatkota Solo sangatramahterhadap para wisatawan yang datang. 0,00% 0,00% 15,93% 59,29% 24,78% 100%
Tradisimasyarakatkota Solo masihmenjunjungtinggitradisikraton. 0,00% 0,88% 15,93% 44,25% 38,94% 100%
Dalammenyambut para pengunjung, masyarakatnyaterkenalsopan, hangatkepada para tamu. 0,00% 0,00% 11,50% 50,44% 38,05% 100%
Obyekwisata di kota Solo bernuansaetniskraton. 26,55% 44,25% 14,16% 9,73% 5,31% 100%
Kondisiiklim di kota Solo agakpanas. 0,00% 0,00% 4,42% 57,52% 38,05% 100%

Berdasarkan hasil penilaian yang dilakukan oleh responden, kecenderungan untuk masing-masing pernyataan berada pada kategori Setuju dan Sangat Setuju. Hal ini menunjukkan bahwa responden mengetahui gambaran image tentang kota Solo.

Dari pengolahan data responden tersebut didapatkan hasil penelitian bahwa ada pengaruh signifikan tentang event budaya yang diadakan di Kota Solo terhadap pola pembentukan image kota atau citra destinasi berdasarkan dari interprestasi data sebagai berikut:

H0 : thitung ≤ 1,96 maka terima H0 tolak Ha (Apabila thitung ≤ 1,96 artinya tidak ada pengaruh Event Budaya terhadap Citra Destinasi).

Keputusan karena thitung> t tabel maka H0 ditolak; ada pengaruh yang signifikan antara Event Budaya terhadap Citra Destinasi

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

Setelah dilakukan penelitian yang menguji kedua variabel yang diajukan pada pembahasan sebelumnya, maka kesimpulan penelitian adalah berdasarkan responden dari pernyataan-pernyataan yang diajukanaspekataudimensidari variabel citra destinasi adalah terkait dengan planning, uniqueness, dan culture merupakan faktor yang dominanterhadap persepsikota Solo bagiwisatawan. Event budaya lebih berpengaruh pada citra destinasi. Persepsi atauperseivedapatdiartikansebagaipengamatan yang dilakukansecaralangsung dikaitkan dengan suatu makna. Persepsi wisatawan terhadap kota Solo ternyata banyak dipengaruhi oleh budaya, orang, dan event budaya yang diadakan.

Saran

Penelitian selanjutnya adalah banyak memanfaatkan event-event besar untuk memperkenalkan citra kota Solo dapat dilakukan dengan menarik minat para penyelenggara event besar untuk membuat event di kota Solo. Pemerintah Kota Solo harus memperhatikan potensi dan keunggulan di sektor pariwisata yang dapat memiliki identitas yang kuat. sebagai kota budaya dan pariwisata, namun tidak bisa menarik wisatawan untuk berkunjung ke Solo. Hal yang dilakukan oleh pemerintah Kota Solo adalah implementasi, citra Kota Solo sebagai alat promosi di bidang pariwisata. Dukungan dari pemerintah masih perlu ditingkatkan dan kebutuhan akan berbagai acara yang bisa memberikan pengalaman berkesan bagi wisatawan. Kegiatan ini akan memberikan stimulus positif bagi kegiatan pariwisata di Solo. Peneliti juga merekomendasikan agar citra kota juga berfungsi sebagai pemersatu dan pemelihara alat mengikat semua pihak yang berhubungan dengan pariwisata untuk lebih meningkatkan kualitas layanan atau produknya dalam menarik wisatawan mancanegara agar bisa berkunjung ke Kota Solo.

Penelitian selanjutnya sebaiknya mengungkap secara rinci hal-hal yang menjadi penggerak para pengunjung untuk setia mengapresiasi event-event budaya di kota Solo. Serta dapat diketahui bidang-bidang pengelolaan yang masih kurang dilakukan oleh pemerintah daerah terhadap para pengunjung. Karena pengunjung menjadi salah satu faktor penting dalam keberhasilan pariwisata berkelanjutan.

DAFTAR PUSTAKA

Dominique, F. (2011). Destination image: Origins, Developments and Implications. Cávado and Ave: Lopesi Polytechnic Institute.

Getz, D. (1991). Festivals, Special Events and Tourism. New York : van Nostrand Reinhold.

Goldblatt. (2010). Special Events: A New Generation and the Next Frontier. John Wiley & Sons.

Hall, C. (1992). Hallmark Tourist Events. London: Belhaven Press. London: Belhaven Press.

Herrero, L., Sanz, J., Bedate, A., & Barrio, M. (2011). Who pays more for a cultural festival, tourists or locals? A certainty analysis of a contingent valuation application. Int. J. Tour. Res. 14, 495–513.

Indonesia Kaya. (2018, March 14). Indonesia Kaya.com. Retrieved from Agenda Budaya: https://www.indonesiakaya.com/agenda-budaya/detail/solo-international-performing-arts-sipa-2017–bahari-kencana-maestro-karya

Jansson. (2003). The negotiated city image: reproduction and change through urban consumption. In Jansson, The negotiated city image: reproduction and change through urban consumption . Urban Studies, 463-469.

Morgan, N., Pritchard, A., & Pride , R. (2005). Destination Branding: Creating the Unique Destination Proposition. Elseiver: Oxford. Elseiver: Oxford.

Murawska, S. S., & Bieganska, J. (2014). The Impact of Cultural Events on City Development: The (Great) Expectations of a Small City. 5th Central Europen Conference in Regional Science – CERS, 87-100.

Richard , G., & Wilson , J. (2001). The Impact of Cultural Events on City Image: Rotterdam, Cultural Capital of Europe 2001. Urban Studies, 1931-1951.

Suci, A. R., & Pahlawan, I. (2015). Dampak Tour De Singkarak Terhadap Eknomi Pariwisata di Indonesia (Studi Kasus: Provinsi Sumatera Barat). JOM FISIP Vol. 2 No. 2 , 1-15.

Tavakkoli, M. (2016). Impact of City Image, Event Fit, and Word-of-Mouth Attempt Through the Host City of an International Sporting Event. American Journal of Sports Science, 112-119.