Kunjungan saya ke Jember kali ini saya diajak oleh Toni, sahabat saya untuk melihat keindahan alam pantai. Tadinya saya berfikir, ternyata di Jember ada pantainya juga dan bukan hanya pegunungan saja sebagai daya tarik wisatanya. Perjalanan dari kota Jember menuju Pantai Papuma menempuh jarak 45 km karena pantai ini terletak di desa Ambulu.

Toni kebetulan mendapat pinjaman mobil dari temannya dan pagi itu sete267966_120507271374619_5941432_n1005179_471769866248356_591607701_n1014151_471769832915026_256675023_n1070025_471769816248361_734421038_nPantai-Tanjung-Papuma2lah saya mempersiapkan peralatan memotret saya, maka kitapun berangkat.  “Dit, elo laper gak ?” tanya Toni tiba-tiba memecah kenikmatan saya menikmati perjalanan. “Apa yang enak disini, Ton ?” saya pun spontan membalas, karena waktu itu memang sudah agak siang dan juga kebetulan kami belum sarapan tadi. Kamipun berhenti di sebuah warung makan di pinggir jalan di desa Ambulu.  Warung sederhana dengan rumah bergaya rumah jaman dulu, dengan beberapa pilihan makanan.  “Elo udah pernah makan rujak soto, belum ?” Tonipun bertanya lagi. “Sebenernya ini cumin rujak biasa tapi di kasih kuah soto, dimakannya pake lontong” jelas Toni, sepertinya membaca pikiran saya. “Boleh deh, nyobain kayak apa rasanya.” Jelasku.

Akhirnya saya memesan sepiring rujak soto, dan Toni memesan sepiring nasi rames khas Ambulu. Pesanan kami tidak lama, setelah datang ke meja kami, sayapun mengamati komposisi unik dari dua makan siang kami.

Rujak soto merupakan makanan khas Jember yang terdiri dari rujak biasa, lalu disiram kuah soto daging. Disajikan dengan lontong.  Kemudian Nasi Rames Ambulu adalah nasi putih biasa dengan lauk berupa kare ayam, serundeng, sambel goreng tempe-kentang. Yang membuat unik, nasi rames ini tidak disajikan dengan krupuk tapi sebagai penggantinya disajikan dengan rangginang. Hmmmm, komposisi yang unik dan patut untuk dicoba juga. Untuk minumnya, Toni memesan es temulawak. Es temulawak ini di kemas didalam botol beling, dan disajikan dengan menggunakan gelas dan es batu.

Rujak soto, ini adalah pertama kali saya merasakan makanan ini. Rasa rujak buah dan sayuran yang kental dengan rasa kacang yang kuat, dipadu dengan kuah soto daging yang gurih  merupakan kombinasi unik di lidah saya.  Karena saya masih lapar, saya mencoba memesan sepiring nasi rames Ambulu seperti yang dipesan oleh Toni. Perpaduan gurihnya kare ayam dan serundeng bercampur dengan sambel goreng tempe-kentang yang manis menciptakan rasa yang baru di lidah saya. Apalagi ketika ditambah dengan rengginang yang gurih, menambah makan siang saya kala itu menjadi lebih bervariasi. Sebagai penutup, es temulawak yang segar dan dingin menutup episode makan siang kami berdua.

Asal usul Pantai Papuma juga dikenal sebagai pantai Tanjung Papuma adalah pada saat Perhutani menemukan pantai ini merupakan sebuah daratan kecil yang menjorok ke laut, sedangkan nama Papuma berasal dari nama yang diberikan oleh Perhutani yaitu akronim dari pasir putih Malikan. Akses menuju pantai Papuma sudah baik karena sudah di Aspal, kita bisa menggunakan motor ataupun mobil untuk menuju ke pantai ini. Selain wisata pantai terdapat juga bukit dan hutan yang luasnya kurang lebih 50 ha yang sekarang dikelola dan dipromosikan oleh Perhutani Jawa Timur. Selain itu pantai ini juga menyimpan wisata sejarah karena terdapat Gua Jepang. Pantai ini merupakan pantai yang paling eksotis di Jawa Timur karena memiliki laut yang menawan dengan pantai yang hijau ke biruan membuat tempat wisata ini banyak dikunjungi oleh warga asli Jember maupun pendatang. Sebelumnya kami  melewati wisata hutan yang ditanami  pohon jati sebelum ada masuk kedalam pantai. Setelah masuk ke gerbang area wisata kita akan melihat hutan yang alami yang masih menyimpan berbagai macan flora dan fauna tropis seperti Lutung yang banyak bergelantungan di pohon. Bahkan di area pantai banyak terlihat biawak liar berkeliaran.

Setelah kita melewati hutan Malikan kita akan melihat pemandangan yang sangat indah yaitu hamparan pasir putih yang bersih. Di sebelah barat pantai terdapat perahu nelayan yang sedang bersandar. Setelah Toni memarkir mobilnya, sayapun bergegas turun, dan dengan kamera saya, saya mulai mengabadikan suasana pantai dan laut yang benar-benar masih asli ini. Belum banyak wisatawan yang berkunjung kemari, karena memang masih relatif baru. Mungkin tidak lama lagi, jika pihak investor datang kemari dan melihat ini sebagai suatu kawasan wisata, maka akan bermunculan hotel-hotel bertaraf lokal maupun internasional. Jujur sebenarnya saya pribadi akan setuju dengan pengembangan daerah ini, tetapi jangan sampai nanti pembangunannya justru akan merusak ekosistem yang ada. Dampak dari pembangunan pariwisata yang tidak mementingkan keindahan alam malah justru akan merusak lingkungan yang ada. Terlalu banyak wisatawan, maka justru akan berdampak rusaknya lingkungan yang masih asri seperti ini. Kalau sudah berpikir seperti ini, saya pribadi justru berharap pemerintah kabupaten Jember tetap mempertahankan kawasan Papuma ini seperti ini, agar keindahan pantai serta ekosistem yang ada tidak rusak.

Setelah lelah memotret, akhirnya saya dan Toni berkeliling kawasan hutan Papuma untuk melihat kawasan pantai dari sisi yang lain. Puas memotret, akhirnya menjelang sore, saya dan Toni kembali ke Jember dengan perasaan puas.

 

HAPPY TRAVELING !!!